Rabu, 27 Februari 2013

ASKEP Asfiksia neonatorum



BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah bayi lahir yang disebabkan oleh hipoksia janin rahim yang berhubungan dengan faktor-faktor timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir, keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbilitas bagi bayi baru lahir.
Insiden asfiksia perinatal di negara maju berkisar antara 1,0 – 1,5% tergantung dari masa gestasi dan berat lahir. Insiden asfiksia pada bayi matur berkisar 0,5% sedang bayi prematur 0,6%. Di Indonesia  prevelen asfiksia berkisar 0,3% kelahiran (1998), atau setiap tahunnya sekitar 144.900 bayi dilahirkan dengan asfiksia berat (Abd. Sukadi dkk).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa bayi asfiksia berat memiliki dampak yang buruk dan total dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi cerebral palsi, retardasi mental IQ rendah dan lain-lain. Walaupun angka prevelensinya rendah sekitar 1,4% dari jumlah kelahiran normal tetapi merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas bagi bayi baru lahir. Sehingga perlu penanganan secara tepat bila asuhan kebidanan pada By. Ny. “W” dengan asfiksia berat di Bapelkes RSD Jombang.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Agar penulis mendapat pengalaman nyata dari teori yang selama ini diperoleh sehingga mampu mengembangkan dan menerapkan pola pikir secara ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan pada Bayi dengan asfiksia berat melalui pendekatan kebidanan Hellen Varney.
1.2.2 Tujuan khusus
Dalam melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. “W“ umur I hari dengan asfiksia berat diruang Anggrek Balelkes RSD Jombang.
Penulis diharapkan dapat :
1.2.2.1 Melakuakan pengkajian data.
1.2.2.2. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan.
1.2.2.3. Mengantisipasi masalah potensial.
1.2.2.4. Mengidentifikasi kebutuhan segera.
1.2.2.5. Merencanakan suatu tindakan yang komperhensif
1.2.2.6. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana.
1.2.2.7. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan.

1.3 Cara Penyusunan Asuhan Kebidanan
Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain :
1.3.1 Wawancara
Langkah pertama untuk menyusun data dasar adalah dengan wawancara klien. Wawancara adalah pola komunikasi yang dilakukan untuk tujuan spesifik dan difokuskan pada area dengan isi yang spesifik. (Potter, 2005)
1.3.2 Pemeriksaan fisik
Adalah pengumpulan data dengan pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi dan auskultasi untuk memeriksa klien secara menyeluruh. (Potter, 2005)

1.3.3 Data diagnostik dan laboratorium
Sumberdata pengkajian yang terakhir adalah hasil dari pemeriksaan diagnostik & laboratorium, hasil pemeriksaan ini untuk memastikan perubahan yang teridentikasi dalam riwayat kesehatan & pemeriksaan fisik. (Potter, 2005)
1.3.4 Tinjauan literatur
Menelaah literatur medis dan farmakologis tentang penyakit mambantu melengkapi data dasar, tiujauan ini meningkatkan pengetahuan mengenai gejala, pengebotan dan prognosis dari penyakit spesifik dan menetapkan standar praktik terpeusik. (Potter, 2005)
1.3.5 Dokumentasi
Dokumentasi  data adalah bagian terakhir dari pengkajian yg lengkap. Kelengkapan dan keakuratan diperlukan ketika mencatatkan data. Semua data yang berkaitan dengan setatus klien dimasukkan bahkan informasi yang tampak tidak menunjukan abnormalitas sekalipun harus dicatat. (Potter, 2005)

1.4 Tempat dan waktu
Dalam membuat asuhan kebidanan ini dibuat pada saat praktek pada tanggal 2 Oktober sampai dengan 14 Oktober 2006 Diruang Anggrek Bapelkes RSD Jombang.

1.5 Manfaat penyusunan Asuhan  kebidanan
1.5.1. Bagi penulis
Membantu meningkatkan wawasan dalam menerapan ilmu yang telah di berikan dalam perkuliahan & mengimplementasikannya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
1.5.2. Bagi infeksi
Memberikan tambahan sumber kepustakaan & pengetahuan serta bahan asuhan dalam penyusunan asuhan kebidanan pada masa akan datang
1.5.3. Bagi lahan praktek
Menambah dan meningkatkan pelayanan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang lebih modern dalam melaksanakan asuhan kebidanan terhadap klien.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1. PENGERTIAN
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana keadaan bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, Rustam. 1998).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2  yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan selanjutnya. (Manuaba. 1998)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana  bayi  tidak dapat  segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. (Prawiraharjo, Sarwono, 2002)
2.2. ETIOLOGI
Hipoksia janin yg menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas serta transpor O2 dari ibu kejanin sehinga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dalam menghilangkan CO2  gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara mendadak karena hal- hal yg di derita ibu dalam persalinan. (Prawiraharjo, Sarwono. 2002)
2.3. ASFIKSIA DALAM KEHAMILAN
Disebabkan oleh penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, urimea dan taksemia gravidarum, anemia berat, cacat bawaan/trauma.
Asfiksia  graviditas tidak begitu penting seperti asfiksia yang terjadi sewaktu persalinan, karena tidak dapat dilakukan tindakan untuk menolong janin. (Mochtar, Rustam. 1998)

2.4. ASFIKSIA DALAM PERSALINAN
Disebabkan oleh:
2.4.1. Kekurangan  oksigen, misalnya pada
o Partus lama (CPD, serviks kaku & atonia/inseria uteri)
o Rupture uteri yang memakai kontraksi uterus.yang terus menerus mengganggu sirkulasi darah ke placenta
o Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada placenta
o Prolapsus : tali pusat akan tertekan antara kepala & panggul.
o Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
o Perdarahan banyak, misalnya placenta previa dan solusio plasenta.
o Kalau plasenta sudah tua dapat terjadi postmaturitas (serotinus), disfungsi uri.
2.4.2. Paralisis pusat pernafasan, akibat trauma dari luar seperti karena tindakan forseps, atau trauma dari dalam seperti akibat obat bius. (Mochtar, Rustam. 1998)    

2.5. PATOGENESIS
2.5.1. Bila  janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah rangsangan terhadap N. vagus sehinga bunyi jantung janin menjadi lamban. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung, N vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari N. simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang. Secara klinis tanda – tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang lebih cepat dari 160 x/menit atau kurang dari 100 x/menit halus dan irreguler, serta adanya pengeluaran mekoneum.
2.5.2. Kekurangan O2  juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin dalam asfiksia.
Jika DJJ normal dan ada mekonium; janin mulai asfiksia
Jika DJJ lebih dari 160 kali per menit dan ada mekonium janin sedang asfiksia.
Jika DJJ kurang dari 100 kali per menit dan ada mekonium; janin dalam keadan gawat.
2.5.3. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin, dan bila kita periksa kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis, bila janin lahir alveoli tidak berkembang.      

2.6. DIAGNOSIS
in utero
DJJ irregular dan frekuensinya lebih dari 160 atau kurang dari 100 kali permenit
Terdapat mekonium dalam air ketuban (letak kepala)
Analisa air ketuban / amnioskopi
Kardiotokografi
Ultrasonografi
Setelah bayi lahir
Bayi tampak pucat dan kebiru – biruan serta tidak bernafas
Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik seperti kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak menagis.

2.7. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada kekurangan  O2  dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih kembali harus diperkirakan kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa yang akan mendatang.

2.8. KLASIFIKASI KLINIK NILAI APGAR
2.8.1 Asfiksia berat ( nilai APGAR 0 – 3 )
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali karena selalu di sertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5 % dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan; dan cairan glukosa 40 % 1-2 ml per kg berat badan diberikan via vena umbilicus.
2.8.2 Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4 - 6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal kembali.
2.8.3 Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7 – 9)
2.8.4 Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Penilaian Apgar Score
SCORE 0 1 2
A : Apperaence
Warna kulit Biru –pucat
Tubuh merah
ekstremitas biru Seluruh tubuh
merah
P : Pulse
(denyut jantung) Tidak ada
< 100 x/menit
> 100 x/menit

G : Grimance
(Refleks) Tidak ada
Menyeringai
Menangis

A : Activiy
(tonus otot) Tidak ada
ekstremitas flexi
Gerakan aktif

R : Respiration
(Pernafasan) Tidak ada
  Lambat
 tidak terurus Menagis kuat

2.9. PENATALAKSANAAN
Sejak muka bayi terlihat, bersihkan muka, hidung dan mulut kemudian isap lendir perlahan  mulai mulut kemudian hidung.
AS : 7-10 : - Hisap lendir dimulut, hidung.
- Bersihkan badan (boleh dimandikan), dikeringkan jangan hipotermi.
- Kontak dini (30 menit setelah lahir).
- Observasi tanda vital sampai + 2 jam.
AS : 4-6 : - Hisap lendir dimulut, hidung.
- Bersihkan badan (tidak dimandikan), dikeringkan, jangan hipotermi.
- Beri rangsangan taktil (tepuk telapak kaki) Max. 15-30 detik, bila belum berhasil : O2.
- Detak jantung < 100 x/menit : lakukan bagian  masuk dan pijat jantung.
AS : 0-3 : - Penatalaksanaan asfiksia berat (sesuai bagian)

2.10. ASUHAN KEBIDANAN PADA By. Ny. “N”  DENGAN ASFIKSIA BERAT
2.10.1. Pengkajian
Pengkajian adah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien pengkajian dilakukan dengan berbagai cara, yaitu anamnesis, observasi, pemeriksan fisik, pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di laboratium, dan dengan cara lain. Data yang diperlukan berbeda untuk setiap jenis penyakit yang diderita klien.
Pada pengkajian bayi diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada keluarga dan tim kesehatan yang merawat klien dan disampaikan oleh keluarga/tim kesehatan.
A. Data Subyektif
Adapun data dari bayi asfiksia berat antara lain.
1) Identifikasi bayi, yang perlu dikaji dengan menggunakan nama ibu yang bertujuan agar dapat mengenal bayi sehingga tidak keliru dengan bayi yang lain, jenis kelamin agar tidak terjadi kesalahan.
2) Identitas penanggung jawab, meliput : nama, umur, agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan & alamat.
3) Keluhan utama
Bayi tampak pucat dan kebiru – biruan serta tidak bernafas & menangis kurang baik/tidak menagis.
4) Riwayat penyakit sekarang
Bayi lahir secara apa, bayi lahir tidak dapat bernafas secara spontan AS : 1 - 3

5) Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa yang pernah diderita keluarga dan hubungan ada/tidak dengan keadaan bayi sekarang
6) Riwayat neonatal
a. Prenatal
•  Berapa umur kelamin ?
• Apakah ibu menderita penyakit kronis selama hamil, termasuk salah satu dibawah ini :
o Hepatitis B, TBC, DM atau sifilis (gejala/seropositif) ?
o Apaka ada komplikasi selama hamil? Jika ya, sudahkah mendapat terapi ?
b. Natal
Apakah ada infeksi uterus atau demam yang dicurigai sebagai infeksi berat saat persalinan sampai 3 hari sesudahnya ?
Adakah ketuban pecah dini (KPD) lebih dari 18 jam?
Apakah ada kesulitan/komplikasi pada persalinan termasuk hal dibwah ini ?
Gawat janin
Partus lama
Bedah besar
Malposisi atau malpresentasi (misal letak sungsang)
Komplikasi lain.
c. Post natal
Tanyakan pada ibu atau tenaga kesehatan atau orang yang membawa bayi mengenai :

Bagaimana keadaan bayi sesaat setelah lahir
Apakah  bayi bernafas pada menit pertama
Apakah bayi memerlukan resustasi ? Jika ya, selama berapa menit
Apakah gerak dan tangis bayi normal ? (Depkes RI, 2005)
7) Riwayat Psikolososial Budaya
Kehadiran bayi diharapkan keluarga atau tidak, keluarga sangat mengkhawatirkan bayi atau tidak sewaktu bayi dalam keadaan sakit.
8) Pola Kebiasaan
a. Pola nutrisi
Refleks menelan dan menghisap yang lemah. Pemberian makanan melalui mulut dimulai ketika bayi sudah dalam keadaan stabil dan pernafasan terkendali dengan baik.
b. Pola elminasi
Berkemih terjadi setelah 8 jam kelahiran, pengeluaran mekonium, biasanya terjadi dalam waktu 12 jam.
c. Pola Aktivitas
Refleks dan gerak pada tes neuorologis tampak tidak resisten, gerak refleks hanya berkembang sebagian, menelan, mrnghisap dan batuk sangat lemah/ tidak efektif, tidak ada menurunnya tanda neuorologis, mata mungkin tertutup/ mengatup. (Surasmi, 2003)



B. Data Obyektif
Adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
a. Keadaan Umum
Kesadaan bayi asfiksia berat, lemah, jelek.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
Kepala : Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas, kepala relatif lebih besar dibanding badan, rambut tipis.
Muka : Apakah bayi tampak pucat atau tidak, kulit muka bayi tampak oedem atau tidak, keriput ada/tidak
Mata : Simetris atau tidak mata mungkin tertutup/ mengatup sklera tampak putih/ tidak ikterus ada/tidak
Hidung : Simetris atau tidak, apakah ada kelainan bentuk, terdapat polip atau tidak, apakah terdapat pernafasan cuping hidung, ada sekret atau tidak.
Mulut : Simetris atau tidak, cyanosis atau tidak, terdapat kelainan bentuk bibir atau tidak, mukosa bibir lembab atau kering.
Telinga : Simetris atau tidak, tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, dan telinga lunak, mudah dilipat
Leher : Ada pembesaran kelenjar tyroid atau tidak, ada pembesaran vena jugularis atau tidak
Dada : Jaringan kelenjar mammae masih kurang, puting susu berbatas jelas, areola licin serta datar simetris / tidak terdapat tarikan intracoste/ tidak
Abdomen : Terdapat pembesaran hepar, limfe atau tidak, tali pusat berdarah atau tidak, berbau atau tidak
Genetalia : Jenis kelamin laki-laki/perempuan, penis berlubang atau tidak
Anus : Apakah terdapat artesia ani/tidak.
Ekstrimitas : Kedua tangan dan kaki simetris atau tidak, oedem atau tidak, terdapat gangguan pergarakan atau tidak cyanosis central/periver.
2) Palpasi
Kepala : Caput succedaneum ada/ tidak, cephal hematom ada/ tidak
Ketiak : Terdapat pembesaran kelenjar lymfe/tidak
Abdomen : Tali pusat bersih/tidak masih terdapat sisa darah
Genetalia : Testis belum turun kedalam skrotrum
Anus : Apakah terdapat atresta ani/ tidak
Ekstrimitas : Oedem/ tidak
3) Auskultasi
Dada : Apakah ada ronchi/wheezing, denyut jantung ada/tidak dan berapa frekuensi tiap menit.
Abdomen : Ada bunyi bising usus/tidak, berapa frekuensi tiap menit.
c. Pemeriksaan neurologi
Refleks suckling lemah
Refleks morro lemah
Refleks babynski lemah
Refleks tonick neck lemah

d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium artinya untuk diagnosa yang tepat sehinga dapat memberikan terapai yang tepat penentu faktor komplikasi perlu dilakukan dengan tes spesifik, seperti darah.
Glukosa darah laboratorium (untuk mengetahui  hipoglikemia)
Kalsium  serum ( untuk mengetahui hipokalsemia)
Analisis gas darah untuk menentukan pH serum (asidosis)
PaO2   (tes untuk hipoksia)
e. Terapi yang di dapat
Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut adalah :
Anti biotika untuk mencegah infeksi skunder
Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan cairan paru
Fenobarbital
Vitamin F untuk menurunkan produksi radikal bebas oksigen
Metilksantin (teofilin dan kafein) untuk mengobati apnea

2.10.2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah
Pengelompokan data yang telah dikumpulkan selanjutnya di identifikasi sehingga muncul masalah/diagnosa .
DS : Keluarga mengatakan anak keberapa, usia kehamilan,  tanggal lahir, sejak lahir bayi lemah.
DO : Keadaan umum : lemah, cyanosis central, kesadaran : apastis, somnolen, koma.
A-S : 1- 3; PB ≤ 46 cm, LK ≤ 33 cm, LD ≤ 30 cm, rambut lanugo masih banyak.

2.10.3. Antisipasi Masalah Potensial
Masalah yang timbul dan bila tidak diatasi akan mempengaruhi keadan bayi misalnya :
Sembab otak
Anuria/ oligouri
Obstruksi yang fungsional
Komplikasi resusitasi pneumutoraks
Perdarahan otak
Hiperbilirubinemia
Kejang sampai koma
Hipoglikemia
Hipotermia
Kerusakan integritas kulit
Gagal nafas

2.10.4. Identifikasi Kebutuhan Segera  
Merupakan keseimbangan antara proses pelaksanaan dengan waktu dibutuhkan data baru, senantiasa dikumpulkan dari evaluasi, dan di identifikasi jika ada yang membahayakan segera diupayakan penanganannya.
1. Memberikan resusitasi
2. Memberikan O2


2.10.5. Intervensi
Rencana keadan mencakup  diagnosa dan tindakan untuk menetapkan tindakan yang dilakukan tim melengkapi masalah atau diagnosa dapat dibuat bersama pasien dan keluarga berdasarkan urutan prioritas  masalah asfiksia berat.
Tujuan : Setelah mendapatkan asauhan kebidanan selama 30 menit diharakan membutuhkan O2  terpenuhi      
Kreteria hasil : Keadaan umum : cukup, sesak berkurang, tidak cyanosis, tidak ada pernafasan  cuping, hidung tidak ada tarikan intracosta RR normal : 30 - 60 x/mnt.
Intervensi
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi
2. Masukan dalam incubator
Rasional : menghindari terjadinya kehilangan panas melalui proses evaporasi
3. Keringkan dan selimuti bayi dengan kain bersih dan hangat
Rasional : menghindari terjadinya kehilangan panas melalui proses evaporasi
4. Atur posisi dengan kepala ekstensi
Rasional : dengan posisi ekstensi maka jalan nafas lebih bebas sehingga udara dapat masuk ke paru-paru secara maksimal
5. Berikan O2 dosis tinggi dengan head box
Rasional : membantu memenuhi kebutuhan O2 pada bayi
6. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir / secret secara berkal
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi
7. Puasakan bayi untuk sementara
Rasional : untuk mencegah aspirasi selama bayi dalam kondisi asfiksia
8. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : deteksi dini adanya komplikasi
9. Ganti popok dan kain yang basah dengan kain yang kering dan bersih
Rasional : untuk mencegah terjadinya iritasi kulit dan hipotermi.
10. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Rasional : pemberian terapi yang tepat akan memperbaiki prognosa

2.10.6. Implementasi
Langkah ini dilaksanakan oleh bidan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan pada langkah pelaksanaan, bidan dituntut melakukan tindakan kebidanan secara mandiri tetapi pelaksanaan dalam menyelesaikan kasus sewaktu – waktu bisa melaksanakan kegiatan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya

2.10.7. Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses kebidanan, evaluasi ialah tindakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang diperlukan sesuai dengan kriteria kebidanan ditulis dalam bentuk cacatan perkembangan yang mencakup  SOAP.
S : Adalah data yang diperoleh dari wawancara langsung data ini menyatakan bagaimana keadaan pasien setelah diberikan tindakan kebidanan.
O : Adalah  data yang diperoleh dari observasi pemerikasan
A : Adalah peryataan yang diambil atau terjadi atas data subyektif & obyektif.
P : Adalah merupakan  perencanan yang ditentukan sesuai dengan masalah yang terjadi.


BAB III
TINJAUAN KASUS


3.1. PENGKAJIAN
MRS : 06 Oktober 2006 Jam : 03.00 WIB
Tanggal pengkajian : 06 Oktober 2006 Jam : 03.00 WIB
3.1.1. Data Subyektif
1. Biodata
1) Identitas bayi
Nama : By Ny “W”
Umur : 1 hari
Jenis kelamin : laki – laki
Anak ke : I
2) Identitas orang tua
Nama ibu : Ny “W” Nama ayah : Tn “A”
Umur : 24 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Penghasilan : - Penghasilan : -
Alamat : Kedung Papar, Alamat : Kedung Papar,
Peterongan Jombang Peterongan, Jombang
2. Keluhan utama
Bayi Baru lahir tampak pucat dan kebiru- biruan disertai sesak nafas dan tidak menangis.
3. Riwayat penyakit sekarang
Bayi lahir SC, tidak dapat bernafas spontan sesak ,  cyanosis central, AS : 3-4
4. Riwayat penyakit keluarga
Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit DM, asma, hipertensi,TBC dan sebagainya.
5. Riwayat neonatal
1) Pre natal
Ibu klien mengatakan bahwa ini anak yang pertama, ibu ANC 7 x ke bidan dan waktu mual dan muntah diberi tablet Fe & Vitamin, ibu tidak pernah menderita penyakit apapun, ibu tidak pernah minum jamu dan pijet selama hamil dan, mendapatkan suntikan TT 2x.
2) Riwayat natal Ibu melahirkan bayi dengan umur kehamilan 29/30minggu, ditolong oleh DSOG secara SC atas indikasi letak lintang dan fetal distress pada tanggal 06 oktober 2006 jam 02.35 WIB, BBL: 1120 gram, PBL: 36 cm, LD: 22cm, MO: 29, FO: 28, SOB: 26. A-S: 3-4.
3) Riwayat post natal
Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi dan ternyata tidak berhasil, keadaan umum jelek, S : 36,5o C, bayi merintih sesak (+), warna kulit biru, lebam/mengkilat.
6. Riwayat psikososial
Kelahiran bayi ini sangat diharapkan keluarga dan sekarang keluarga sangat mengkhawatirkan keadaan bayinya.


7. Kebutuhan dasar
1) Pola nutrisi
Sementara bayi puasa  bayi di infus D10% - 100 cc/24 jam
2) Pola eliminasi
BAB mekoneum 1 x, lembek, warna hitam
BAK 1 x warna jernih
3) Pola aktivitas
Gerak bayi lemah

3.1.2. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah, sesak,
Kesadaran : apatis
BB : 1120 gram
PB : 36 cm
RR : 90 x/menit, cepat dan dangkal
Nadi : 100 x/menit
Lingkar kepala : MO : 29 cm
FO : 28 cm
SOB : 26 cm
LD : 29 cm
Suhu : 36,5o C
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : simetris, rambut hitam, halus dan tipis.
Muka : merah, terdapat lanugo
Mata : simetris, sklera putih, terdapat secret mata, mata tertutup
Hidung : simetris, tidak ada secret, terdapat pernafasan cuping hidung, terpasang O2 dengan head box
Mulut : simetris, bibir kering, cyanosis centralis
Telinga : simetris, tidak ada secret dan telinga sangat tipis dan lembek
Dada : simetris, bersih, ada tarikan intracosta, vena-vena membayang, dada lebam
Abdomen : tali pusat basah, ada sisa perdarahan terbungkus kasa kering
Genetalia : jenis kelamin laki-laki, penis berlubang
Anus : tidak ada atresia ani
Ekst. Atas : tampak merah, kulit lebam-lebam, oedem, ujung-ujung kuku biru, cyanosis, terdapat vernic caseosa
Ekst. Bawah : tampak merah, kulit lebam-lebam, oedem, ujung-ujung kuku biru, cyanosis, terdapat vernic caseosa

b. Palpasi
Kepala : teraba UUB dan UUK datar, belum menutup
Dada : dada teraba cekung
Abdomen : tidak kembung (tidak meteorismus)
Genetalia : testis belum turun pada skrotum
Anus : teraba lubang
Ekstremitas : oedem, lebam/mengkilat
c. Auskultasi
Dada : denyut jantung 120 x/mnt cepat dan dangkal tidak ada ronchi dan wheezing
d. Perkusi
Perut : tidak kembung
3. Reflek
Reflek sucking : lemah
Reflek morro : lemah
Reflek babynsky : lemah
Reflek tonick neck : lemah
Reflek graps : lemah
4. Terapi
Infus D10% - 100/24 jam
Injeksi Vit. K 1 mg (IM)
Injeksi Cefo (IV)
3.2. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Diagnosa : Bayi Ny “W” umur 1 hari dengan asfiksia berat
Ds : Ibu mengatakan melahirkan bayi dengan umur kehamilan 29 / 30 minggu, ditolong oleh DSOG secara sactio caesarea pada tanggal 06 – 10 – 2006 ; Jam 02.35 WIB.
Do : - KU lemah, sesak
- Kesadaran apatis
- BB : 1120 gram
- PB : 36 cm
- AS : 3 – 4
- Lingkar kepala :
- MO : 29 cm
- FO : 28 cm

- SOB : 26 cm
- RR : 90 x/menit, cepat dan dangkal
- Terdapat tarikan intercosta
- Warna kulit, mulut, ekstremitas biru
- Reflek :
- Reflek sucking : lemah
- Reflek morro : lemah
- Reflek babynsky : lemah
- Reflek tonick neck : lemah
- Reflek graps : lemah
3.3. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
o Gagal nafas
o Hipotermi berat
3.4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN  SEGERA
o Pemberian oksigen 8 liter / menit
o Perawatan dalam incubator
3.5. INTERVENSI
Diagnosa : By Ny “W” umur 1 hari dengan asfiksia berat
Tujuan : Setelah mendapatkan asuhan kebidanan selama 30 menit diharapkan kebutuhan O2 terpenuhi
Kriteria : Keadaan umum cukup, warna kulit merah muda, tidak cyanosis, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada tarikan intracosta, RR normal : 30 – 60 x/menit, AS : 7 – 10, Suhu : 36.5 – 37.5 0C
Intervensi
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi
2) Masukan dalam incubator
Rasional : menghindari terjadinya kehilangan panas melalui proses evaporasi
3) Keringkan dan selimuti bayi dengan kain bersih dan hangat
Rasional : menghindari terjadinya kehilangan panas melalui proses evaporasi
4) Atur posisi dengan kepala ekstensi
Rasional : dengan posisi ekstensi maka jalan nafas lebih bebas sehingga udara dapat masuk ke paru-paru secara maksimal
5) Berikan O2 dosis tinggi dengan head box
Rasional : membantu memenuhi kebutuhan O2 pada bayi
6) Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir / secret secara berkal
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi
7) Puasakan bayi untuk sementara
Rasional : untuk mencegah aspirasi selama bayi dalam kondisi asfiksia
8) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : deteksi dini adanya komplikasi
9) Perawatan bayi baru lahir (perawatan tali pusat, ganti popok)
Rasional : untuk mencegah terjadinya iritasi kulit dan hipotermi.
10) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Rasional : pemberian terapi yang tepat akan memperbaiki prognosa
3.6. IMPLEMENTASI
Tanggal : 06 Oktober 2006
1. Jam 03.00 WIB
Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan : memakai skot, memakai alas kaki, memakai masker
2. Jam 03.05 WIB
memasukan dalam incubator
3. Jam 03.08 WIB
Mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan kain bersih dan hangat
4. Jam 03.13 WIB
Mengatur posisi dengan kepala ekstensi
5. Jam 03.15 WIB
Memberikan O2 dengan head box
6. Jam 03.18 WIB
Memuasakan bayi untuk sementara
7. Jam 03.20 WIB
Mengobservasi tanda-tanda vital
TTV Respirasi : 90 x/menit
Nadi : 130 x/menit
Suhu : 36,5o C
8. Jam 03.25 WIB
Melakukan pengukuran antropometri
MO : 29 cm PB : 36 cm
FO : 28 cm LD : 22 cm
SOB : 26 cm
9. Jam 03.30 WIB
Mengganti popok dan kain yang basah dengan kain yang kering, melakukan perawatan tali pusat, memuasakan bayi untuk sementara.
10. Jam 03.33 WIB
Memberikan jalan nafas dengan menghisap lender / sekret
11. Jam 06.00 WIB
Memasang infus D10% - 100 cc/24 jam
12. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi :
a. Injeksi Vit K 1 mg (IM)
b. Cefo 100 mg (IV)
c. Perawatan bayi dalam inkubator
3.7. EVALUASI
Tanggal : 06 Oktober 2006 Jam : 03.30 WIB
Diagnosa : By Ny “W” dengan asfiksia berat
S : Ibu mengatakan bayinya tidak menangis, lemah
O : Keadaan umum lemah, sesak, cyanosis sentral, pernafasan cuping hidung, ada tarikan intracosta, RR : 88 x/mnt
A : Bayi Ny “ W “ dengan asfiksia berat, Ku lemah
P : Intervensi dilanjutkan
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
2. Masukan dalam incubator
3. Keringkan dan selimuti bayi dengan kain bersih dan hangat
4. Atur posisi dengan kepala ekstensi
5. Berikan O2 dosis tinggi dengan head box
6. Bersihkan jalan nafas dengan menghisap lendir / secret secara berkal
7. Puasakan bayi untuk sementara
8. Observasi tanda-tanda vital
9. Ganti popok dan kain yang basah dengan kain yang kering dan bersih
10. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Bayi dipindahkan ke ruang NICCU jam 09.30 WIB
(Dengan KU lemah, sesak, cyanosis central, pernafasan cuping hidung, ada tarikan intracosta, RR : 88 x/menit)


BAB IV
PENUTUP


4.1. KESIMPULAN
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan
Pada pengkajian By Ny “W” dengan asfiksia berat data yang dapat ditemukan diantara lain :
Sesak, cyanosis, tidak menangis, kesadaran apatis, jantung lemah dan warna kulit biru serta lebam.
Diagnosanya adalah By Ny “W” umur 1 hari dengan asfiksia berat, antisipasi masalah potensial terjadi gagal nafas, dan identifikasi kebutuhan segeranya adalah pemberian O2.
Dalam memenuhi atau menangani masalah tersebut pada perencanaan tindakan pelaksanaan asuhan kebidanan penulis melakukan berdasarkan tujuan dan kriteria hasil. Pada evaluasi diagnosa By Ny “W” umur 1 hari dengan asfiksia berat diperoleh hasil dari tujuan dan kriteria sesuai dengan bebas waktu yang telah ditetapkan.

4.2. SARAN
4.2.1. Bagi lahan praktek
Diharapkan petugas lebih bisa bertindak lebih cepat dan tepat dalam menghadapi segala hal yang bersifat darurat.
4.2.2. Bagi pendidikan
Lebih banyak menyediakan reverensi / literature yang berkaitan dalam penyusunan askeb khususnya pada neonatus
4.2.3. Bagi mahasiswa
Dengan mendapatkan pengalaman diharapkan menerapkan apa yang telah didapat dalam perkuliahan dengan kasus nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan dengan menguraikan manajemen Hellen Varney.



DAFTAR PUSTAKA


Manuaba, Ida Bagus Gde, 1999, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta : EGC
Arief, Mansjoer, Wahyu Wardani, Kapita Selekta Kedokteran Jilid II, Jakarta : 2006
Dr. Soewarsih, Spa, Mata. Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. 2006
Prawirohardjo, Sarwono. 2002, Ilmu Kedokteran, Jakarta
Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, Jakarta : EGC, 1998
Potter Patricia A. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Jakarta : EGC. 2005
Surasmi, Asrining. Perawatan Bayi Resiko Tinggi, Jakarta : EGC. 2003
Depkes, RI, Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Perawat, Bidan Di Rumah Sakit Rujukan Dasar, Jakarta. 2005



1 komentar:

  1. Assalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua, Sengaja ingin menulis
    sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang
    kesulitan masalah keuangan, Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa
    Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar
    1M saya sters hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa
    melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu
    dengan KYAI SOLEH PATI, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari
    saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SOLEH PATI
    kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan
    penarikan uang gaib 4Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti
    dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 4M yang saya
    minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya
    buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada.
    Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya
    sering menyarankan untuk menghubungi KYAI SOLEH PATI Di Tlp 0852-2589-0869
    agar di berikan arahan. Supaya tidak langsung datang ke jawa timur,
    saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sangat baik,
    jika ingin seperti saya coba hubungi KYAI SOLEH PATI pasti akan di bantu Oleh Beliau

    BalasHapus