BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pelayanan KB yang merupakan salah satu didalam paket pelayanan kesehatan reproduksi esensial perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan KB yang berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat (Saifudin, 2003).
Program KB nasional sudah dilaksanakan di Indonesia selama lebih dari tiga dasa warsa, selama kurun waktu tersebut, telah banyak hasil yang dicapai, salah satu keberhasilan program antara lain semakin tingginya angka pemakaian alat kontrasepsi. Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 / 2003 menunjukkan pasangan usia subur yang menjadi peserta KB naik dari 57 % (1997) menjadi 60,3 % (3002). Jumlah PUS mencapai sekitar 40 juta pasangan, dengan demikian total akseptor KB nasional mencapai 25 juta orang.
Berdasarkan register kunjungan KB, menunjukkan bahwa jenis kontrasepsi suntikan KB depo progestin merupakan salah satu alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan. Adapun efek samping yang terjadi dari metode kontrasepsi ini antara lain spotting, amenorhea, pusing atau sakit kepala, peningkatan berat badan, dan kenaikan tekanan darah. Akseptor KB dengan efek samping spotting sering ditemukan. Hal ini biasanya menyebabkan klien cemas dan khawatir dengan keadaannya. Untuk itu diperlukan konseling agar klien tenang dan bila perlu penanganan penyebab perdarahan tersebut dengan cara yang sesuai sehingga klien bisa beradaptasi dengan efek samping dari alat kontrasepsi yang digunakan dan meningkatkan keberhasilan program keluarga berencana dalam mewujudkan visi keluarga berkualitas tahun 2015 (Depkes RI, 1999).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menerapkan dan mengembangkan asuhan kebidanan menurut Helen Varney pada peserta KB suntik 3 bulan dengan spotting.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “S” P20002 Peserta KB suntik 3 bulan dengan spotting di BPS Muhartik, Amd. Keb. Kandangan Kediri, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Melakukan pengkajian data
2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah
3. Mengidentifikasi masalah potensial
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera
5. Merencanakan suatu tindakan yang komprehensif
6. Melaksanakan tindakan yang komprehensif
7. Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Klien
Memberikan informasi kepada klien tentang efek samping dari penggunaan KB depo provera dan cara penanganannya.
1.3.2 Bagi Petugas Klinis
Sebagai bahan perbandingan dalam menangani akseptor KB depo provera dengan spotting.
1.3.3 Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan tentang asuhan kebidanan pada akseptor KB depo provera dengan spotting.
1.3.4 Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan asuhan kebidanan pada akseptor KB depo provera dengan spotting.
1.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, penulis menggunakan teknik sebagai berikut :
1.4.1 Wawancara
Anamnesa langsung dengan akseptor KB depo provera tentang efek samping dari penggunaan depo provera.
1.4.2 Observasi
Melakukan pengamatan langsung terhadap akseptor KB depo provera.
1.4.3 Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
1.4.4 Studi Kepustakaan
Data diperoleh dari buku-buku dan makalah berhubungan dengan masalah spotting paa akseptor KB depo provera.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kontrasepsi Progestin
2.1.1 Pengertian
Kontrasepsi suntik depo provera merupakan kontrasepsi yang harus mengandung progestin, yang paling banyak diteliti (Pedoman Klinis Kontrasepsi, 2003). Depo Provera / Depo Medroxy progesteron asetat adalah suatu sintesa progestin yang mempunyai efek seperti progesteron asli dari tubuh wanita (Teknik KB, 1980).
2.1.2 Profil
- Sangat efektif
- Aman
- Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi
- Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan
- Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
2.1.3 Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu :
- Depo Medroxy Progestern Asetat (DMPA), mengandung 150
2.1.4 Cara Kerja
- Mencegah ovulasi
- Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma
- Menjadikan selaput lendir rahim tipis atropi
- Menghambat transportasi gamet oleh tuba
2.1.5 Keuntungan
- Sangat efektif
- Pencegahan kehamilan kehamilan jangka panjang
- Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
- Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap suatu penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
- Tidak berpengaruh terhadap ASI
- Sedikit efek samping
- Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
- Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun sampai perimenopause
- Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
- Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
- Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
- Menurunkan krisis anemia bulan sabit (Sickle cell)
2.1.6 Kerugian
- Sering ditemukan gangguan haid seperti
Siklus haid yang memendek dan memanjang
Perdarahan yang banyak atau sedikit
Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting)
Tidak haid sama sekali
- Klien tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan berikutnya)
- Tidak bisa dihentikan sewaktu-waktu
- Permasalahan BB merupakan efek samping tersering
- Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual Hepatitis B virus atau infeksi virus HIV
- Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
- Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan / kelainan organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat sutikan dari deponya (tempat suntikan)
- Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
- Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan sedikit kepadatan tulang (densitas)
- Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan embosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat
2.1.7 Yang Dapat Mengggunakan Suntikan Progestin
- Usia reproduksi
- Nulipara dan yang telah memiliki anak
- Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi
- Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
- Setelah melahirkan dan tidak menyusui
- Setelah abortus atau keguguran
- Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
- Perokuk
- Tekanan darah 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit
- Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin)
- Tidak dapat memekai kontrasepsi yang mengandung estrogen
- Anemia defisiensi besi
- Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
2.1.8 Yang Tidak Boleh Menggunakan
- Hamil atau dicurigai hamil resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran
- Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
- Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorhea
- Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
- Diabetes mellitus disertai komplikasi
2.1.9 Waktu Penggunaan
- Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
- Mulai dari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
- Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual
- Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain, dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikamn. Bila ibu telah menggunakan kontrasepi hormonal secara beran, dan ibu tersebtut tidak hamil. Suntikan pertama dapat diberikan, tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
- Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontraspesi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
- Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal, dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya. Bila ibu disuntik setelah hari ke 7 ibu tersebut selam 7 hari suntikan tidak boleh melakukan hubungans seksual.
- Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal suntikan pertama dapat diberikan pada hari ke 1 sampai ke 7 siklus haid atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke 7 siklus haid asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
- Ibu tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
- Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler dalam di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat, dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan tiap 12 minggu.
- Bersihkan kulit yang akan di suntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh etil / iso propil alkohol 60-90 %. Biarkan kulit kering sebelum di suntik setelah kulit kering baru di suntik.
- Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi suntik tidak perludi dinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkan.
2.1.10 Petunjuk bagi klien
Klien harus kembali ketempat pelayanan kesehatan atau klinik untuk mendapatkan suntikan kembali setiap 12 minggu untuk DMPA atau setiap 8 minggu untuk noristerat.
2.1.11 Informasi umum
- Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (ameno arhoca). Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.
- Dapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala dan nyeri payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya dan cepat hilang.
- Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu usia muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan, berikutnya dalam waktu dekat.
- Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang kebali pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak gaid tersebut dapat saja terjadi kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid. Klien harus kembali kedokter atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.
- Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu gunakan kondar
- Bila klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntuikan yang lain, sebaliknya jangan dilakukan. Andaikan terpaksa juga dilakukan. Kontrasepsi yang akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi hormonal yang sebelumnya.
- Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan asal saja siyakini ibu tersebut tidak hamil.
2.1.12 Penanganan gangguan haid
a. Amenorea
- Tidak perlu dilakukan apapun, cukup konseling saja
- Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut suntikan jangan dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain
b. Perdarahan
- Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai tetapi tidak berbahaya
- Bila perdarahan / spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid, namun kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan tersebut. Obatilah penyebab perdarahan tersebut dengan cara yang sesuai. Bila tidak ditemukan penyebab terjadinya perdarahan, tanyakan apakah klien ingin tetap melanjutkan suntikan dan bila tidak suntikan jangan dilanjutkan lagi dan carikan kontrasepsi jenis lain.
- Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat hubungan seksual klien perlu diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat dilanjutkan.
- Perdarahan banyak atau memanjang (lebih dari 8 hari atau 2x lebih banyak dari perdarahan yang biasanya dialami pada siklus haid normal). Jelaskan bahwa perdarahan tersebut bisa ditemukan pada bulan pertama suntikan.
- Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila sitemukan kelainan ginekologik, klien perlu diobati atau dirujuk.
- Bila perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien tidak dapat menerima perdarahan yang terjadi suntikan jangan di lanjutkan lagi. Pilihkan jenis kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia perlu diberikan preparat besi atau makanan yang banyak mengandung zat besi.
2.1.13 Efek samping dan penanganan
a. Amenorea (tidak terjadi perdarahan / spotting)
- Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu, jelaskan bahwa darah haid tidak terkumpul dalam rahim. Nasehati untuk kembali ke klinik
- Bila telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan. Jelaskan bahwa hormon progestin tidak akan menimbulkan kelainan pada janin
- Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera
- Jangan berikan tetapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian. Bila tidak terjadi perdarahan juga rujuk ke klinik.
b. Perdarahan / Perdarahan bercak (Spotting)
- Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai tetapi hal ini bukanlah masalah serius dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melakukan suntikan maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan.
- 1 Siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 mg etinilestrodiol), ibu profen (sampai 800 mg, 2x/hr untuk 5 hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kokntrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 kg. Etinil estradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
c. Meningkatnya / menurunnya berat badan
- Informasikan bahwa kenaikan / penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan telalu mencolok. Bila berat badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB Depoprogestin Dengan Spotting
Asuhan kebidanan meperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi asihan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga perilaku setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif dan aman dapat tercapai. (Varney, 1997)
Proses manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Ketujuh langkah tersebut adalag sebagai berikut :
2.2.1 Pengkajian
Merupakan langkah awal untuk mendaptkan data tentang keadaan klien melalui : anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan data-data tersebut diklasifikasikan sebagai data subyektif, obyektif dan data penunjang. (PPKT, 2002)
2.2.1.1 Data subyektif
Adalah data yang didapat dari hasil wawancara langsung kepada klien dan keluarga dan tim kesehatan lain. Data subyektif ini mencakup semua keluhan-keluhan dari klien terhadap masalah kesehatan yang lain.
Dari hasil anamnesa terhadap klien tentang masalah kesehatan yang dialami, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Biodata
Biodata berisis tentang identitas klien beserta suaminya yang meliputi nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, suku bangsa, alamat dan status perkawinan yaitu kawin ke - , umur kawin, lama kawin.
Dari biodata yang dikaji diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor resiko keadaan sosial ekonomi, dan pendidikan. Klien atau keluarg yang mempengaruhi kondisi klien.
b. Keluhan utama / alasan kunjungan
Klien menggunakan alat kontrasepsi depoprogestin dan mempunyai keluhan spotting.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Spotting terjadi selama menggunakan alat kontrasepsi depoprogestin dan setelah tidak mendapat haid.
d. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit berat apa yang pernah diderita klien (stroma, gangguan hati, hipertensi, jantung, tumor, asma, migrain, diabetes melitus, haid terlalu lama atau berlebihan)
Klien pernah operasi atau tidak, pernah opname atau tidak.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang punya penyakit menular, menurun atau menahun.
f. Riwayat kebidanan atau obstetri
1. Riwayat haid
Terdiri dari menarche umur berapa, HPHT, siklus haid teratur / tidak, berapa lama, berapa hari siklusnya berapa banyak, bagaimana warna, konsistensi, bau, apakah merasakan nyeri haid, kapan, apakah keputihan / tidak, kalau iya kapan, banyak atau tidak, bagaimana konsistensinya, warnanya, bau / tidak, gatal / tidak.
2. Riwayat kehamilan persalinan nifas yang lalu
Riwayat keberapa, keliuhan yang dirasakan selama hamil, persalinan spontan / tidak, aterm / tidak, ditolong siapa, dimana, adakah penyakit.
Nifas : adakah kelainan, panas / tidak, perdarahan / tidak, laktasi
Bayi : jenis kelamin, BBL, hidup / tidak, umur sekarang.
3. Riwayat KB
Klien menggunakan alat kontrasepsi depoprogestin sejak kapan keluhan selama menggunakan alat kontrasepsi tersebut dan rencana KB yang akan datang.
g. Riwayat binekologi
Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan, infertilitas, penyakit kelamin, tumor, kanker, sistem reproduksi operasiginekologis atau kandungan.
h. Keadaan psikososial
Keadaan psikis pada akseptor depoprogestin dengan spotting adalah cemas yang disebabkan ketidak tahuan klien dengan keadaannya saat ini. Bagaimana hubungan antara klien dengan suami, keluarga dan tetangganya
i. Latar belakang sosial, budaya dan spiritual
Kebiasaan yang dilakukan di lingkungan klien dan keluarga baik yang bersifat menunjang maupun menghambat pandangan dan penerimaan keluarga terhadap program KB.
j. Pola kebiasaan sehari-hari
1. Pola nutirsi
Hal yang perlu ditanyakan bagaimana nafsu makannya, berapa kali, bagaimana komposisinya, berapa banyak jumlah minumbya, jenisnya.
2. Pola aktifitas
Hal yang perlu ditanyakan apa saja kebiasaan sehari-hari klien, bila klien bekerja, mulai jam berapa sampai jam berapa, berapa lama, dimana.
3. Pola istirahat dan tidur
Hal yang perlu di tanyakan, bagaimana pola tidurnya, berapa lama tidur atau istirahat tiap hari, waktu tidur, apakah ada gangguan tidur atau tidak.
4. Pola eliminasi
Hal yang perlu ditanyakan
BAK : Berapa frekwensinya dalam sehari, warnanya, baunya, ada keluhan / tidak, lancar / tidak
BAB : Berapa frekwensinya dalam sehari, warnanya, baunya, konsistensinya, ada keluhan / tidak, lancar / tidak.
5. Pola personal hygiene
Hal yang perlu ditanyakan berapa kali mandi, gosok gigi, ganti pakaian luar dan dalam, dalam seminggu berapa kali cuci rambut.
6. Pola seksualitas
Hal yang perlu ditanyakan adalah sebatas frekwensi hubungan seksual dalam seminggu.
2.2.1.2 Data obyektif
Adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang terdiri dari :
1. Keadaan umum
Kesadaran, postur tubuh, TB, BB sebelum suntik dan BB sekarang.
2. Tanda-tanda vital
TD : 110/70 - < 140/90 MmHg (N)
N : 76 – 92 x/mnt
RR : 16 - 24 x/mnt
S : 36,5 – 37,2 0C
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi : proses observasi / periksa pandang dengan menggunakan mata untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik
Kepala : kulit kepala, rambut rontok / tidak, warna rambut
Muka : pucat atau tidak, oedem / tidak, hiperpigmentasi
Mata : bentuk, conjungtiva anemis / tidak, sklera ikterus / tidak, ada kelainan / tidak
Hidung : kebersihan adanya pernafasan cuping hidung / tidak, ada polip / tidak
Mulut dan gigi : mukosa bibir lembab / tidak, stomatitis / tidak, ada caries gigi / tidak, ada tonsilitis / tidak.
Telinga : bentuk, simetris / tidak, ada sekret / tidak
Leher : ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis atau tidak
Ketiak : ada benjolan / tidak
Dada : ada retraksi intercosta / tidak, keadaan putting susu, kebersihan, nyeri tekan, bentuk
Perut : bentuk, bekas luka operasi, ada pembesaran / tidak
Genetalia : kebersihan, pengeluaran, fluor albus, varises, condiloma, tanda chadwick ada / tidak
Anus : hemoroid ada / tidak
Ekstremitas : ada varises / tidak, oedem / tidak, simetris / tidak, ada gangguan pergerakan / tidak
b. Palpasi : yaitu periksa saba atau sentuhan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ.
Kepala : ada benjolan / tidak
Leher : pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis ada / tidak
Ketiak : pembesaran kelenjar lymfe ada / tidak
Payudara : adanya benjolan, nyeri tekan / tidak
Perut : adanya benjolan, nyeri tekan / tidak
Ektremitas : oedem / tidak
c. Auskultasi : yaitu metode pengkajian yang menggunakan stetoschope untuk memperjelas pendengaran
Dada : wheezing ada / tidak, ronchi ada / tidak, bunyi******* ada / tidak
Perut : bising usus / (-), berapa frekwensinya
d. Perkusi
Abdoment : kembung / tidak
2.2.2 Identifikasi diagnosa, masalah, kebutuhan
Langkah kedua merupakan pengembangan mengenai masalah dari interpretasi data dasar kedalam identifikasi yang spesifik mengenai atau diagnosa. Beberapa masalah tidak dapat diidentifikasi sebagai diagnosa akan tetapi membutuhkan suatu rencana yang komprehensif untuk klien. Masalah lebih sering berhubungan dengan keluhan yang dialami oleh klien dan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan. Diagnosa adalah hasil dari perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakkan oleh Bidan.
Adapun diagnosa masalah dan kebutuhan yang ditegakkan pada Akseptor KB depoprogestin adalah
Daignosa : Akseptor KB suntik depoprogestin
DS : Komunikasi verbal yang menyatakan bahwa klien menggunakan KB progestin.
DO : - KU baik
- TTV dBN : - TD : 110/70 – 130/90 MmHg
- N : 76-92 x/mnt
- S : 36,5 – 37,2 0C
- RR : 16 – 244 x/mnt
- Kartu akseptor menunjukkan tanggal kembali
- Abdoment : - tidak ada ballotement
- tidak ada nyeri tekan abdomen
Masalah : spotting
DS : Komunikasi verbal menunjukkan klien mengeluh mengeluarkan darah bercak / flek-flek dari alat kemaluan.
DO : - KU baik
- TTV dalam batas normal
- Genetalia : terdapat perdarahan bercak / flek-flek
- HPHT : menunjukkan lamanya perdarahan
Kebutuhan
- Konseling tentang cara kerja, efek samping, komplikasi, keuntungan, kerugian, dan cara penyuntikan metode kontrasepsi hormonal
- Konseling tentang metode kontrasepsi pilihan yang lain
2.2.3 Antisipasi masalah potensial
Mengidentifikasi masalah dan diagnosa potensial lainnya berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa masalah yang ada. Merupakan antisipasi masalah yang timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien. Oleh karena itu masalah potensial harus segera diatasi dan segera dipersiapkan tindakan untuk mengatasi.
Masalah potensial pada Akseptor KB suntik progestin dengan spotting adalah menometroragia.
- DS : keluhan subyektif yang diungkapkan klien belum terjadi perdarahan diluar haid.
- DO : - perdarahan diluar siklus haid, 15 hari
- Perdarahan banyak terus-meneruys seperti darah menstruasi
2.2.4 Identifikasi kebutuhan segera
Merupakan langkah yang membutuhkan sifat yang berkesinambungan dari proses penatalaksanaan asuhan kebidanan periodik dan saat bidan berada bersama. Data-data baru senantiasa dikumpulkan dan dievaluasi. Berupa data, memberi indikasi adanya situasi yang gawat dimana bidan bertindak dengan segera untuk keselamatan klien.
Adapun kebutuhan segera jika terjadi masalah adalah kolaborasi dan rujukan dalam pengobatan dan konseling.
2.2.5 Intertvensi (mengembangkan rencana)
Suatu rencana yang menyeluruh meliputi apa yang di identifikasi oleh kondisi klien. Setiap masalah yang berkaitan, gambaran besar tentang apa yang terjadi berikutnya, konseling dan rujukan. Rencana asuhan harus disetujui bersama antara bidan, apsien dan keluarga keputusan dalam pengembangan rencana asuhan harus berdasarkan rasional yang tepat sesuai pengetahuan yang berhubungan dan terkini.
1. Diagnosa : Ny ……. Akseptor KB suntik progestin
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 30 menit diharapkan ibu dapat menerima dan mengerti keadaanya.
Kriteria hasil : - KU bqaik
- TTV dalam batas normal
- Ibu mampu mengulangi penjelasan petugas
- Penyuntikan berjalan lancar
Intervensi :
1. Dilakukan pendekatan pada klien dengan komunikasi terapeutik
R/ dengan pendekatan dapat terjalin kerjasama yang harmonis antara klien dan petugas kesehatan
2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
R/ dengan mengetahui hasil pemeriksaan diharapkan klien mengetahui keadaannya saat ini
3. Tanyakan kembali metode kontrasepsi yang akan di gunakan
R/ pengetahuan / informasi yang jelas dapat menghindari terjadinya kekeliruan penyuntikan
4. Lakukan persiapan peralatan, pasien, dan lingkungan
R/ persiapan yang besar dapat menunjang aktifitas penyuntikan
5. Lakukan penyuntikan dengan teknik aseptik sesuai dengan standart
R/ penyuntikan yang benar dapat mengoptimalkan efektifitas metode kontrasepsi normal
6. Lengkapi kartu klien dan rekam medik Akseptor KB
R/ pencatatan merupakan salah satu proses pendokumentasian, penting untuk keperluan jika terjadi tanggung jawab dan tanggung gugat
7. Ingatkan kembali untuk suntikan berikutnya
R/ informasi yang jelas dapat menghindari terjadinya keterlambatan suntikan berikutnya
2. Masalah : spotting
Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 x 24 jam diharapkan perdarahan berhenti
Kriteria hasil : - KU baik
- TTV dalam batas normal
- Perdarahan berhenti
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan dan komunikasi terapeutik terhadap akseptor
R/ diharapkan akseptor dapat kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan petugas
2. Jelaskan pada akseptor bahwa spotting merupakan salah satu efek samping kontrasepsi suntik.
R/ pengetahuan dan informasi yang dapat menghindari terjadi kecemasan dan dapat meningkatkan kerjasama untuk tindakan berikutnya.
3. Anjurkan akseptor untk istirahat
R/ istirahat dapat melepaskan kekejangan otot-otot dan meperlancar peredaran darah
4. Kolaborasi dengan bidan dalam pemberian terapi
R/ kolaborasi efektif untuk memberikan pengobatan yang tepat dalam mengurangi gejala spotting
2.2.6 Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan intervensi, implementasi yang komprehensif merupakan pengeluaran dan perwujudan dari rencana yang telah disusun pada tahp-tahap perencanaan. Pelaksanaan dapat terealisasi dengan baik apabila diterapkan hakekat masalah. Jenis tindakan atau pelaksanaan bisa di kerjakan oleh bidan sendiri, klien, kolaborasi sesama atau tenaga kesehatan lain dan rujukan dari profesi lain.
2.2.7 Evaluasi
Merupakan seperangkat tindakan yang saling berhubungan untuk mengukur pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan kriteria evaluasi untuk menilai kemampuan dalam asuhan kebidanan sebagai umpan balik untuk memperbaiki. Dalam evaluasi menggunakan teknik SOAP.
Tanggal …… jam ….
S : Data yang diperoleh dari wawancara langsung
O : Data yang diperoleh dari hasil observasi
A : Pernyataan yang terjadi antara data subyektif dan obyektif
P : Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan masalah yang terjadi
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 21 Maret 2005 Jam : 08.00 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Ny ”L”
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : IRT
Penghasilan : –
Kawin ke : 1
Umur Kawin : 20 tahun
Alamat : Pandean, Kandangan Nama Suami : Tn ”H”
Umur : 27 tahun
Agama : Islam : Swasta
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : swasta
Penghasilan : –
Kawin ke : Umur Kawin : 30 tahun
Lama Kawin : 6 tahun
Alamat : Pandean, Kandangan
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan memakai KB suntik 3 bulanan, sekarang pada tanggal kembali untuk suntiikan, mengeluh mengeluarkan darah bercak, flek-flek kehitaman dari alat kemaluan + 15 hari dan badan terasa pegal-pegal semua.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan badannya pegal-pegal, + 15 hari, terjadi perdarahan bercak, flek kehitaman. Saat ini ibu tidak sedang menderita penyakit apapun seperti HT, DM, TB, Hep. B, Asma, Jantung, Ginjal, ISK, PMS, kelainan darah, dll.
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah MRS sebelumnya, tidak operasi dan tidak pernah menderita penyakit apapun seperti HT, DM, TB, Hep. B, Asma, jantung, ginjal, ISK, PMS, kelainan sarah, dll.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit keturunan ataupun menular seperti HT, TB, Asma, jantung, ginjal, ISK, PMS, dll.
6. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/ tidak : Teratur
Lama haid : + 5 hari
Warna : Merah
Bau : Anyir
Konsistensi : Cair
Flour albus : Ada 2 hari sebelum dan sesudah haid
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Gatal : Tidak gatal
b. Riwayat Kehamilan, Persalinan nifas yang lalu
a) Riwayat Kehamilan
Hamil pertama dari perkawinan pertama, selama 3 bulan tidak pernah ada keluhan selama hamil yang bisa mempengaruhi kesehatan klien. Imunisasi TT 2x pada usia hamil 3 bulan dan 4 bulan, obat-obatan yang didapat selama hamil nutrisi bumil, senam nifas, perawatan payudara, dan tanda-tanda persalinan.
b) Riwayat Persalinan
Klien melahirkan anak I pada usia 9 bulan 10 hari. Spontan, ditolong bidan, tidak ada penyulit selama persalinan, jenis kelamin laki-laki, keadaan umum baik, langsung menangis, berat badan lahir 3200 gr, panjang 50 cm, umur sekarang 1 tahun 1 bulan.
c) Riwayat Nifas
Nifas normal + 40 hari, tidak mengalami penyulit saat nifas, lochea normal, meneteki sampai 4 bulan, kemudian tidak meneteki lagi, bayi menggunakan susu formula, kemudian usia 4 buolan setelah bayi lahir ibu mulai menstruasi. Usia 7 bulan bayinya ibu mulai ikut KB depo progestin.
7. Riwayat KB
a. Riwayat KB dahulu
KB yang pernah digunakan adalah KB suntik 3 bulan, 2 x suntikan selama mulai suntikan tidak pernah menstruasi namun + 15 hari ini ibu mengalami perdarahan bercak kehitaman.
b. Riwayat KB sekarang
Ibu baru menggunakan KB suntik 3 bulan, sekarang pas masa kembalinya.
8. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kandungan tumor dan kanker, penyakit kelamin dan tidak pernah operasi sebelumnya.
9. Keadaan Psikososial
- Ibu ingin pindah KB suntik 1 bulan karena merasa tidak cocok dengan KB yang 3 bulan
- Hubungan ibu dan suami baik
- Ibu percaya penuh terhadap petugas dan mau mendengar penjelasan petugas
10. Latar Belakang Sosial Budaya
- Ibu dan suami berasal dari suku jawa
- Tidak ada kebiasaan / keyakinan yang berhubungan dengan metode kontrasepsi tertentu.
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Nutrisi
Makan 3x/hari, porsi sedang, menu nasi, lauk, sayur, kadang buah, minum + 7 gelas sehari, air putih, the, es
b. Pola Aktivitas
Ibu sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah, memasak, mencuci, merawat dan menjaga anaknya.
c. Pola Eliminasi
BAB : 1 x/hr, warna kuning, lunak, bau khas, tidak nyeri
BAK : 4 – 5 x/hr, warna kuning, jernih, bau khas, tidak nyeri.
d. Pola Istirahat
Siang : jarang tidur siang (jam 12.00 – 14.00)
Malam : jam 21.00 – 04.30. kadang terbangun jika anaknya ngompol atau menangis.
e. Pola Personal Hygiene
Mand : 2 x/hr, gosok gigi 2x/hr, mencuci rambut 2 x/hr, ganti celana dalam 2 x/hr,ganti softek 2 x/hr, keramas setiap hari.
f. Pola seksualitas
3 – 4 x/minggu
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tinggi badan : 155 cm
BB : 49 kg
BB3 bulan yang lalu: 48 kg
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
Suhu : 368 0C
RR : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Kepala : Kulit kepala bersih, penyebaran rambut merata, tidak rontok.
- Muka : Tidak pucat, tidak oedem
- Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus
- Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip
- Mulut dan gigi: Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, tidak ada pembengkakan epiglatis, lidah bersih
- Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis
- Dada : Simetris, puting susu mendatar, bersih
- Perut : tidak ada luka bekas operasi
- Genetalia : tidak ada condiloma acuminata, tidak oedem, tidak varises, terdapat perdarahan bercak coklat kehitaman
- Anus : Tidak ada haemoroid
- Ekstremitas atas : Simetris, tidak oedem, tidak ada gangguan pergerakan
- EkstremitasBawah : Simetris, tidak oedem, tidak varises, tidak ada gangguan pergerakan.
b. Palpasi
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba bendungan vena jugularis
- Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
- Payudara : tidak ada benjolan abnormal, tidak nyeri tekan
- Abdomen : tidak ada nyer tekan pada abdomen, tidak teraba ballotment
- Extremitas : tidak oedem
c. Auskultasi
- Dada : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
d. Perkusi
- Abdmen : tidak kembung
II. Identifikasi Diagnosa Masalah
1. Dx : Ny. “L” akseptor KB suntik Depo progestin
DS : Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan selama 6 bulan sekaran pas tanggal kembalinya
DO : KU baik
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 368 0C
RR : 20 x/menit
- BB : 49 kg
BB : 3 bulan lalu : 48 kg
BB : 6 bulan lalu : 48 kg
- Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan abdomen
- Tidak teraba ballottement
- Tidak teraba benjolan / tumor
- Tanggal kembali pada kartu : 04 – 02 – 2006
2. Masalah : Spotting
DS : Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari alat kemaluan, bercak flek-flek kehitaman + 15 hari
DO : KU baik
Genetalia : terdapat pengeluaran prvaginam, bercak kecoklatan
Inpekulo : Tidak ada lesi
Tidak ada tumor
III. Antisipasi Masalah Potensial
–
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
–
V. Pengembangan Rencana Asuhan
Dx : Ny “L” Akseptor KB suntik depo progestin
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama + 30 menit diharapkan ibu mengerti dan menerima keadaannya saat ini.
Kriteria hasil : KU baik
TTV dBN : TD : 110/70 – 130/90 mmHg
N : 76 – 92 x/menit
RR : 16 - 24 x/menit
S : 36,5 – 37,2 0C
Ibu mampu mengulangi penjelaan petugas
Penyuntikan berjalan lancar
Intervensi .
1. Lakukan pendekatan kepada ibu dengan komunikasi terapeutik
R/ Dengan pendekatan dapat terjalin kerjasama yang harmonis antara ibu dan petugas kesehatan.
2. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan pada ibu
R/ Dengan mengetahui hasil pemeriksaan diharapkan ibu dapat mengetahui keadaannya saat ini
3. Jelaskan tentang efek samping yang umum terjadi pada akseptor KB progestin
R/ Dengan mengetahui efek samping yang terjadi, klien lebih siap dalam menghadapi efek samping dan bisa menerimanya.
4. Menanyakan kembali pilihan kontrasepsi yang diinginkan
R/ Dengan menanyakan kembali pilihan kontrasepsi dapat menghindari terjadinya kesalahan dalam pemberian metode kontrasepsi.
5. Lakukan persiapan peralatan, pasien dan lingkungan
R/ Persiapan yang benar dapat menunjang efektifitas penyuntikan
6. Lakukan penyuntikan dengan teknik aseptik sesuai dengan standart
R/ Penyuntikan yang benar dapat mengoptimalkan efektifitas metode kontrasepsi hormonal
7. Lengkapi kartu klien dan rekam medik akseptor KB
R/ Pencatatan merupakan salah satu proses pendokumentasian penting untuk keperluan jika terjadi tanggung jawab dn tanggung gugat.
8. Ingatkan kembali ntuk suntikan berikutnya
Masalah : Spotting
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 x 24 jam diharapkan perdarahan berhenti.
Kriteria hasil : KU baik
TTV dBN : TD : 110/70 – 130/90 mmHg
N : 76 – 92 x/menit
RR : 16 - 24 x/menit
S : 36,5 – 37,2 0C
Perdarahan berhenti
Intervensi :
1. Jelaskan keadaan klien saat ini
R/ Dengan mengetahui keadaannya saat ini dapat terjalin kerjasama yang baik dan ibu lebih yakin terhadap pilihan metode kontrasepsi
2. Memberikan terapi pil KB dosis rendah (etini lestradiol 30 mg)
R/ Etinil Estradiol bekerja efektif untuk mencegah terjadinya perdarahan
3. Menjelaskan kembali efek samping yang umum terjadi pada metode kontrasepsi progestin dan kombinasi.
R/ Dengan pengetahuan yang jelas dapat menambah penyelesaian pasien dalam memilih metode kontrasepsi
4. berikan informasi untuk kunjungan berikutnya yaitu jika keluhan spotiing belum hilang atau pas pada tanggal kembali berikutnya jika sudah tidak ada keluhan.
R/ Dengan kunjungan ulang yang tepat dapat dilakukan intervensi ebih lanjut untuk mendeteksi dini dan pengobatan lebih lanjut terhadap efek samping dan masalah yang terjadi
VI. Implementasi
Tanggal 04-02-2006 jam 09.30
Diagnosa Ny ”L” Akseptor KB Depoprogestin
1. Melakukan konseling dan tanya jawab seputar keluhan yang di hadapi
2. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan, Memberitahu bahwa tidak terjadi kelainan, keadaan ibu baik dan ibu bisa dilakukan penyuntikan
3. Menjelaskan pada ibu bahwa spotting merupakan salah satu efek samping yang umum terjadi pada kontrasepsi Depoprogestin. Efek samping ini biasanya timbul terutama 1-2 suntikan kemudian akan menghilang setelah 2-3 kali suntikan.
Keluhan lain yang umum terjadi adalah
- Siklus haid memanjang / memendek
- Perdarahan banyak / sedikit
- Tidak haid sama sekali
Tanggal 04-02-2006 jam 09.30
Masalah spotting
1. Menjelaskan bahwa spotting bisa hilang 2-3 x suntikan, karena terjadi penyesuaian hormonal maka spotting sering terjadi. Meyakinkan ibu bahwa hal ini bisa hilang dengan sendirinya kecuali jika ada gejala lain / kelainan.
2. Memberikan terapi mycrogynon 2 x 2 dosis 30 mg untuk 3 hari
3. Menjelaskan perbandingan efek samping metode KB suntik 1 bulan dan 3 bulan antara lain :
- Metode KB 3 bulan : - Gangguan haid, spotting
- Perdarahan banyak / sedikit
- Tidak hadi sama sekali
- Metode KB 1 bulan : - perubahan pola haid
- Perdarahan bercak 10 hari
- Mual, sakit kepala, nyeri payudara sampai suntikan ketiga akan menghilang
4. Memberitahu untuk kembali kontrol jika dalam 3 hari spotting tidak hilang.
VII. Evaluasi
Tanggal 04-02-2006 jam 10.00
S : Ibu mengatakan sudah mengerti penjelasan petugas tetapi ingin mencoba KB suntik yang 1 bulan saja
O : - K U baik
- Ibu mengerti penjelasan petugas
- Ibu memilih metode kontraksi hentikan cyclovem
- Tidak dilakukan penyuntikan metode KB Depoprogestin
A : Akseptor KB Depoprogestin, ganti cyclovem
P : - Penjelasan kembali metode suntikan kombinasi
- Melakukan penampisan terhadap metode kontrasepsi komninasi
- Persiapan peralatan pasien dan lingkungan untuk penyuntikan metode KB kombinasi (cyclovem)
1. Untuk menjelaskan profil metode KB suntikan cyclovem, antara lain menjelaskan bahwa :
- Berisi 2 hormon (kombinasi estrogen dan progesteron)
- Disuntikan 1 bulan sekali
- Keuntungan antara lain :
• Mengurangi jumlah perdarahan
• Mengurangi nyeri haid
• Mencegah anemi
• Bisa mencegah kanker ovarium dan endometrium
• Mengurangi penyakit payudara jinak dan kusta ovarium
• Mencegah kehamilan ektopik
• Melindungi klien dari jenis-jenis penyakit radang panggul
• Bisa diberikan pada perempuan usia perimenopouse
- Kerugiannya antara lain :
• Terjadi perubahan pola haid seperti haid tidak teratur perdarahan bercak / spotting, perdarahan ada + 10 hari
• Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, yang bisa hilang sampai suntikan ke 3
• Penambahan berat badan
• Dapat mempengaruhi ASI
• Terlambatnya kembali kesuburan
2. Melakukan penapisan terhadap metode suntikan cyclovem dengan memastikan bahwa :
- Ibu tidak hamil / diduga hamil
- Ibu tidak sedang menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
- Terjadi perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
- Ibu tidak menderita penyakit hati akut (virus hepatitis)
- Usia ibu tidak lebih dari 35 tahun dan tidak merokok
- Ibu tidak punya riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg)
- Tidak punya riwayat kelainan trombo emboli atau kencing manis > 20 tahun
- Tidak punya kelainan permbuluh darah (migrain)
- Tidak menderita keganasan payudara
3. Melakukan persiapan peralatan, pasien dan lingkungan
• Persiapan alat
- Obat akan disuntikkan (cyclovem)
- Sputi dan jarumnya sekali pakai
- Alkohol 70 %
• Persiapan lingkungan
- Menutupi tirai pembatas
• Persiapan pasien
- Menganjurkan pasien untuk tidur miring dan membuka celanannya
4. Melakukan injeksi sesuai standart
- Mencuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir dan keringkan dengan handuk
- Buka dan buang tutup kaleng pada vial yang menutupi karet
- Hapus vial yang dibagian atas karet dengan kapas yang dibasahi dengan alkohol 70 % biarkan kering
- Buka plastik pembungkus spuit
- Balikkan vial dengan mulut vial ke bawah, masukkan cairan vial kedalam spuit, ganti jarum, gunakan jarum lain untuk melakukan injeksi
- Bersihkan daerah yang akan disuntik dengan kapas DTT
- Suntikkan secara IM dalam di muskulus gluteus
- Jangan memijat daerah suntikan
- Buang jarum pada tempatnya
5. Melengkapi kartu ibu dan rekam medik
6. Beritahu ibu kapan harus kembali untuk suntikan berikutnya yaitu tanggal 04 – 03 – 2006
Tanggal 07 – 02 – 2006 jam 10.00 WIB
S : Ibu menyatakan sudah tidak mengeluarjan perdarahan lagi hanya keputihan sedikit
O : - Ku baik
- TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 37o C
RR : 18 x/mnt
A : Masalah spotting teratasi
P : - Pasien pulang
- Menganjurkan ibu kembali ke klinik untuk suntikan berikutnya sesuai jadwal